Beda Boleh,Putus Silaturahmi Jangan

Saya tertarik sekali dengan artikel ini, makanya saya  share di sini, yaitu pembahasan soal tulisan salah satu tokoh NU yang menulis artikel fitnah tentang MTA solo.

ini tulisan, yang asli ada di link INI

Rubrik Opini harian ini edisi 5 April 2011 memuat tulisan Said Agil Siradj, Ketua Umum Pengurus Besar NU, berjudul Menyikapi Kegarangan Puritanisme. Artikel tersebut ternyata berisi “fitnah” terhadap Majlis Tafsir AlQur’an (MTA). Oleh karena itu, MTA perlu menanggapi karena tulisan tersebut dapat mencitrakan MTA secara keliru.

Majlis Tafsir Al-Qur’an Surakarta adalah lembaga dakwah Islamiyah, didirikan oleh Ustad Abdullah Thufail Saputra (1927-1992) pada 19 September 1972. Ustad Abdullah Thufail adalah murid ulama dari Yaman. Dimasanya, beliau adalah mubalig terkenal di Solo dan sekitarnya. Pada saat menghadapai terror dari sisa-sisa G30S/PKI pada 1966, beliau terpilih menjadi ketua KKPI (Koordinasi Kesatuan Pemuda Islam) yang dibentuk oleh tujuh ormas pemuda Islam Surakarta waktu itu.

Meninggalkan Bid’ah

Tekanan pada pengamalan Al Qur’an dan As-Sunnah menjadikan siswa/peserta MTA meninggalkan amal-amal yang tidak ada dasarnya dalam Al Qur’an maupun As-Sunnah. Walaupun ada hadistnya, apabila hadist tersebut daif, amal itu ditinggalkan. Misalnya, membaca Yassin pada malam jum’at karena ternyata semua hadist yang menjadai dasar adalah daif. Tahlilan yang dilakukan pada saat orang meninggal dan peringatan hari kematian juga begitu. Banyak amal lain yang oleh gerakan kembali ke Al Qur’an dan As-Sunnah dipandang sebagai “laisa minal islam, takhayul, bid’ah dan khurafat” ditinggalkan.

Gerakan kembali ke Al Qur’an dan As-sunnah yang meninggalkan amal-amal “laisa minal islam, takhayul, bid’ah dan khurafat” bukan gerakan yang baru. Muhammadiyah yang didirikan oleh KH.Ahmad Dahlan, Persis yang didirikan oleh KH. A.Hasan dan Al Irsyad yang ditokohi oleh KH Ahmad Syurkati adalah gerakan-gerakan kembali kepada Al Qur’an dan as-sunnah.

Salah satau prinsip Ustad Abdullah Thufail sewaktu mengajar di MTA adalah “Kita boleh berbeda pendapat, tetapi jangan putus silaturahmi”. Jadi alih-alih mencegah jamaah yang akan pergi tahlilan atau yasinan, alih-alih bersikap garang kepada umat Islam yang lain, justru siswa/peserta MTA di mana-mana dihadang, dicegat, diboikot, diusir dari masjid tempat mengaji, dan dipukuli. Hampir tiap binaan MTA dan cabang atau Perwakilan MTA yang abru mengalami serangan semacam itu sejak zaman Ustad Abdullah Thufail hingga zaman Ustad Sukina kini.

Serangan yang paling dahsyat sehingga Kapolda Jateng harus turun tangan terjadi di Blora pada 2003. Karena meninggalkan tradisi yang tidak ada tuntunannya dari Rasul, warga binaan MTA di desa Bangkerep, kecamatan Kunduran, Blora diusir dari masjid dan kampungnya. Mereka ditampung di MTA Pusat di Solo selama dua setengah tahun. Pada 14 September 2003, mereka (berjumlah 58 orang termasuk anak-anak yang lahir di penampungan) diantar pulang oleh pengurus MTA Pusat. Tetapi begitu rombongan masuk desa Bangkerep, orang-orang sekampung keluar mengeroyok. Mobil dilempari batu, ketua binaan MTA dipukuli dan kepala salah seorang siswa binaan dibacok. Rombongan pun kembali ke Solo.

Serangan kepada warga binaan MTA yang masih tinggal di desa Bangkerep semakin keras. Mereka tidak boleh mengambil air dari sumur tetangga, jalan menuju sawah warga MTA dipagari, tanaman jagung dibabati. Ketika Kepolisian berusaha mendamaikanorang-orang kampong hanya menerima siswa/peserta MTA kembali ke desa Bangkerep apabila siswa/peserta MTA kembali mengamalkan tradisi. Tentu saja syarat itu ditolak.

Yang terjadi di Purworejo (seperti yang ditulis Said Agil Siradj di artikelnya) pun bukan warga binaan MTA yang menghadang jamaah yang hendak melakukan tahlilan dan yasinan dengan menyebut-nyebut amalan tersebut sebagai syirik tetapi justru warga binaan MTA yang mendapat intimidasi. Kami telah mengecek hal tersebut ke pengurus pengajian Binaan MTA di Purworejo. Justru salah seorang pengurus  binaan MTA diintimidasi dan seorang ibu diancam akan dibakar rumahnya apabila tetap mengaji di MTA. Menyerang, mengintimidasi atau memaksa orang lain bukan khitah MTA. Justru warga MTA akan ngalah apabila diserang dan berusaha mencari penyelesaian hukum. Itu sudah menjadi standard operating procedure di MTA dalam menghadapi gesekan dengan mayarakat atau ummat Islam yang lain.

Pengajian MTA tertib, siswa/peserta tercatat, sehingga apa yang terjadi dan dilakukan oleh siswa/peserta MTA dapat dicek. Maka, tuduhan bahwa warga  binaan MTA di Purworejo mencegah jamaah pengajian yang hendak melakukan tahllilan dan yasinan itu mnjadi fitnah yang mas’ul di hadapan Allah.

Memang dalam pengajian pada setiap Ahad pagi, yang oleh Radio MTA diberi nama Jihad Pagi, maksudnya “Pengajian Ahad Pagi”. Ustad Sukina menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar tahlilan dan yasinan dengan jawaban bahwa itu tidak ada tuntunannya. Tetapi, bahwa kemudian hal tersebut ditafsirkan sebagai provokatif atau pelecehan sangat berlebihan.

Islam yang Berkebangsaan

MTA menghargai dan menghormati metoda dakwah yang ditempuh oelh para perintis masuknya Islam ke Nusantara, seperti mengubah tradisi local secara perlahan-lahan. Itu adalah ijtihad para perintis tersebut dalam menghadapi agama dan kepercayaan yang sudah berurat  akar di masyarakat waktu itu. Tetapi, kini metode dakwah semacam itu harus dipahami sebaga dakwah yang belum selesai. Umat Islam sekarang harus melanjutkan dakwah menuju Islam yang kafah. Kepercayaan kepada takhayul dan kurafat yang masih tersisa dibersihkan.

Citra MTA sebagai gerakan yang eksklusif dan egois juga citra yang yang jauh panggang dari api. Sebagaimana sudah diterangkan bahwa salah satu prinsip MTA adalah “Boleh Berbeda Pendapat Tetapi Jangan Putus Silaturahmi” MTA bekerjasama dengan siapapun. Kantor MTA di jalan Ranggawarsita, Solo sangat sering digunakan pertemuan Umat Islam dibawah paying MUI Kota Solo. Berbagai tokoh dari berbagai organisasi dan faham sering mengisi pengajian Ahad pagi. Memang kebanyakan mereka adalah tokoh-tokoh dari kalangan reformis/modernis, seperti Pak Amin Rais, Pak Din Syamsuddin, Pak Amidan, Pak Kholil Ridwan dan para pejabat sipil atau militer. Yang terakhir mengisi di pengajian Ahad pagi MTA adalah Dr. Muhammad Syafei Antonio.

Memang belum ada tokoh NU yang mengisi pengajian Jihad Pagi, kecuali KH Drs Zainuddin MZ yang pernah sekali  datang, meski bukan atas nama pengurus NU. Oleh karena itu, melalui tulisan ini kami mengundang Said Aqiel Siradj untuk mengisi pengajian Ahad Pagi yang dihadiri lebih dari enam ribu peserta dan disiarkan melalui radio dan internet secara online.

Oleh YOYOK MUGIYATNO
Sekretaris Umum Majlis Tafsir Al Qur’an Surakarta.
Dimuat di OPINI Koran Jawa Pos (14-04-2011), sebagai jawaban atas OPINI berjudul “Menyikapi Kegarangan Puritanisme” oleh SAID AQIEL SIRADJ di Jawa Pos (05-04-2011)

 

 

 

Aktualisasi Al Qur’an dan As Sunnah

Rasulullah Muhammad saw sebelum diangkat menjadi utusan Allah telah mendapat julukan sebagai Al Amin (yang dipercaya). Namun setelah diangkat menjadi utusan Allah masyarakat sekitarnya beramai-ramai menolaknya. Mereka mengganggap asing risalah yang datang dari Allah. Mereka menganggap aneh ajaran baru yang diperkenalkan oleh Rasulullah saw. Padahal ajaran Rasulullah itu akan tetap aktual sepanjang jaman. Kalau Islam mengingatkan umatnya untuk tetap bersatu dan jangan bercerai berai, maka ajaran itu tetap akan mendatangkan manfaat bila dipegang teguh dan akan mendatangkan madlorot bila diabaikan. Betapa nistanya bangsa kita di masa lalu karena tidak ada persatuan, mereka sempat dijajah bangsa lain selama sekitar 350 tahun. Setelah bangsa ini bersatu di bawah NKRI, bangsa lain akan berfikir ulang untuk menjajah lagi. Islam mengajarkan kedermawanan. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa sedekah yang diberikan oleh Rasulullah di bulan Ramadhan seperti angin yang berhembus. Bahkan salah seorang sahabat mengatakan bahwa Rasulullah itu kalau bersedekah seperti orang yang tidak pernah takut akan miskin. Aktualisasi ajaran kedermawanan ini masih sangat dibutuhkan. Meskipun hanya sedikit tetapi kalau dikumpulkan akan menjadi besar dan bermanfaat. Ambil sebuah contoh sederhana saat ini jumlah umat Islam di Indonesia hampir mencapati 200 juta jiwa. Kalau mereka masing-masing mengumpulkan dana seribu rupiah sehari, maka dalam sehari itu pula akan terkumpul dana sebesar 200milyar rupiah atau dalam sebulan akan terkumpul dana 6 trilyun rupiah. Dana sebesar itu pasti sangat besar manfaatnya bagi umat Islam di saat dunia mengalami krisis pangan, krisis ekonomi, dan krisis energi. Islam mengajar umatnya untuk mentaati peraturan Allah. Kalau ajaran ini benar-benar diamalkan dan menjadi bagian internal dari kepribadian setiap umat Islam, maka umat Islam akan maju dengan pesat. Bila dia mengendarai kendaraan, maka dia akan taat kepada peraturan lalu lintas. Banyak kecelakaan yang tidak perlu terjadi dapat dihindari. Lalu lintas barang dan jasa menjadi lancar dan produktivitas akan meningkat. Ketika bermain bola semua yang terlibat akan taat kepada aturan yang berlaku dalam persepak-bolaan. Tidak ada permainan kotor, tidak ada suap menyuap, permainan semakin indah, banyak sponsor berdatangan, para pemain menjadi semakin bersemangat dan prestasi akan meningkat. Masyarakat modern bekerja dengan keras untuk mengatasi persoalan yang ditimbulkan oleh minuman keras namun belum berhasil menemukan solusi terbaik. Berapa banyak hubungan persahabatan yang putus karena mabuk. Berapa banyak orang terkena PHK karena mabuk. Berapa banyak keluarga bubrah karena mabok. Berapa banyak kecelakaan lalu lintas yang terjadi karena mabok. Berapa banyak orang mati karena mabok. Baru saja kita dikejutkan oleh berita dari Indramayu adanya 13 orang mati dan 2 di antaranya wanita karena minum minuman keras. Larangan Islam untuk minum minuman keras yang ditanggapi sinis oleh orang-orang Arab pada saat itu, terbukti merupakan solusi terbaik dari berbagai persoalan yang terkait dengan minuman keras. Dunia saat ini mengakuinya namun masih malu-malu mengadopsinya.Saudaraku, seandainya umat Islam dengan kesadaran penuh merealisasikan nilai-nilai yang diajarkan Islam dalam kehiduan mereka sehari-hari, insya Allah dalam waktu yang relatif singkat umat akan terangkat dari berbagai keterpurukan. Mereka akan menjadi orang-orang yang beriman dan bertakwa, sehingga Allah akan membuka pintu-pintu barakah dari langit dan bumi (QS Al A’raf 7: 96). Nah masih nunggu apalagi?