Menyambut Ramadhan 1430 H

Sepuluh Langkah menyambut Ramadhan

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.

2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.

3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.

4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.

5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.

7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]

8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.

9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:

· buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.

· membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.

10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

(Disadur dari http://www.dakwatuna.com/)

Malam Lailatul Qadar

Malam Lailatul Qadar

Keutamaannya sangat besar, karena malam ini menyaksikan turunnya Al
Quran Al Karim yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya
ke jalan kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi.
Ummat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda
tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk
memperingati malam ini (malam Lailatul Qodar/Nuzul Qur’an, red), akan
tetapi mereka bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap
pahala dari Allah.

Inilah wahai saudaraku muslim, ayat-ayat Qur’aniyah dan hadits-hadits
Nabawiyyah yang shahih yang menjelaskan tentang malam tersebut.

1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar
Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan
mengetahui bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah
berfirman :

[1] Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an)
pada malam kemuliaan. [2] Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan
itu? [3] Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [4] Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan. [5] Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar. [QS Al Qadar: 1 – 5]

Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan nan penuh hikmah :

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. [4] Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, [5] (yaitu) urusan yang
besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-
rasul, [6] sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[QS Ad Dukhoon: 3 – 6]

2. Waktunya

Diriwayatkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa malam
tersebut terjadi pada malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir
malam bulan Ramadhan. (Pendapat-pendapat yang ada dalam masalah ini
berbeda-beda, Imam Al Iraqi telah mengarang satu risalah khusus
diberi judul Syarh Shadr bidzkri Lailatul Qadar, membawakan perkatan
para ulama dalam masalah ini, lihatlah).

Imam Syafi’I berkata : “Menurut pemahamanku, wallahu a’lam, Nabi
Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika
ditanyakan kepada beliau : “Apakah kami mencarinya di malam hari?”,
beliau menjawab : “Carilah di malam tersebut.”. (Sebagaimana dinukil
al Baghawi dalam Syarhus Sunnah (6/388).

Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada
malam terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadits `Aisyah
Radiyallahu `anha, dia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan
beliau bersabda : (yang artinya) “Carilah malam Lailatur Qadar di
(malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.”. (HR
Bukhari 4/255 dan Muslim 1169)

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai
terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar (dia
berkata) Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang
artinya) : “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka
jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.
” (HR Bukari 4/221 dan
Muslim 1165).

Ini menafsirkan sabdanya : (yang artinya) “Aku melihat mimpi kalian
telah terjadi, maka barangsiapa ingin mencarinya, carilah pada tujuh
hari yang terakhir.
” (Lihat maraji’ diatas).

Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan
para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radiyallahu `anhu, ia berkata
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam keluar pada malam Lailatul
Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda : “Aku keluar
untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Laitul Qadar, tetapi
fulan dan fulan (dua orang) berdebat hingga diangkat tidak bisa lagi
diketahui kapan lailatul qadar terjadi), semoga ini lebih baik bagi
kalian, maka carilah pada malam 29,27,25
(dan dalam riwayat lain :
tujuh, sembilan, lima). (HR Bukhari 4/232).

Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar
itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan di malam
ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum,
sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih
diutamakan daripada yang umum, dan telah banyak hadits yang lebih
menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari
terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan
lemah, tidak ada masalah. Maka dengan ini, cocoklah hadits-hadits
tersebut, tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisahkan.

Kesimpulannya :

Jika seseorang muslim mencari malam Lailatul Qadar, carilah pada
malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau
lemah dan tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka
carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29.
Wallahu a’lam.

Paling benarnya pendapat lailatul qadr adalah pada tanggal ganjil 10
hari terakhir pada bulan Ramadhan, yang menunjukkan hal ini adalah
hadits Aisyah, Ia berkata :
“Adalah Rasulullah beri’tikaf pada 10 terakhir pada bulan Ramadhan
dan berkata : “Selidikilah malam lailatul qadr pada tanggal ganjil 10
terakhir bulan Ramadhan”.

3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar

Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan
untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan
(baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi)
orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu,
dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan
kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh
keimanan dan mengharapkan pahalaNya yang besar, jika (telah) berbuat
demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu. (HR
Bukhari 4/217 dan Muslim 759).

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam Shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda (yang artinya), ” Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam
Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah,
maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” yang telah lalu. (HR
Bukhari 4/217 dan Muslim 759)

Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah
diriwayatkan dari Sayyidah `Aisyah Radiyallahu `anha, (dia)
berkata : “Aku bertanya, Ya Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi wassalam),
Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi),
apa yang harus aku ucapkan ?”
. Beliau menjawab, “Allahumma
innaka `afuwwun tuhibbul `afwa fa’fu `annii. Ya Allah, Engkau Maha
Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah
aku.
“. (HR Tirmidzi (3760), Ibnu Majah (3850), dari Aisyah, sanadnya
shahih. Lihat syarahnya Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan, halaman
55-57, karya ibnu Rajab al Hanbali.)

Saudaraku – semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu
untuk mentaatiNya – engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam
Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan
sholat) pada sepuluh malam hari terakhir, menghidupkannya dengan
ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada istrimu dan keluargamu
untuk itu dan perbanyaklah amalan ketaatan.

Dari Aisyah Radiyallahu `anha, “Adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan),
beliau mengencangkan kainnya (menjauhi wanita yaitu istri-istrinya
karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul Qadar),
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.
” (HR Bukhari
4/233 dan Muslim 1174).

Juga dari `Aisyah Radiyallahu `anha, (dia berkata) : “Adalah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersungguh-sungguh (beribadah
apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah
beliau lakukan pada malam-malam lainnya.
” (HR Muslim 1174).

4. Tanda-tandanya

Ketahuilah hamba yang taat – mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan
ruh dariNya dan membantu dengan pertolongaNya – sesungguhnya
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menggambarkan paginya malam
Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.

Dari Ubay Radiyallahu `anhu, ia berkata : Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya) : “Pagi hari
malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan,
seperti bejana hingga meninggi.
” (HR Muslim 762).

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar
di sisi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam beliau bersabda :
(yang artinya) “Siapa diantara kalian yang ingat ketika terbit bulan,
seperti syiqi jafnah
.” (HR Muslim 1170. Perkataannya “Syiqi Jafnah”,
syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al Qadli `Iyadh
berkata :”Dalam hadits ini ada isyarata bahwa malam Lailatul Qadar
hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti
demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.”)

Dan dari Ibnu Abbas Radiyallahu `anhu, ia berkata : Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya) : ” (Malam)
Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak
juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah
kemerah-merahan
.” (HR Thyalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar
(1/486), sanadnya hasan).

(Dikutip dari Sifat Puasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh
terbitan Pustaka Al-Mubarok (PMR), penerjemah Abdurrahman Mubarak
Ata. Cetakan I Jumadal Akhir 1424 H. Judul asli Shifat shaum an Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, Bab “Malam Lailatul
Qadar”. Penulis Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan
Abdul Hamid. Penerbit Al Maktabah Al islamiyyah cet. Ke 5 th 1416 H.
Edisi Indonesia)

Artikel-artikel Islam tentang Ramadhan dan lainya

Artikel
Halaman: 1 2 3 4 5 6 738 39
Menentukan Awal Ramadhan Dengan Hilal dan Hisab
Tanggal posting: 31-08-08

Cara Menentukan Awal Ramadhan

Berdasarkan petunjuk dari suri tauladan kita -Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-, awal Ramadhan ditentukan dengan melihat hilal secara langsung atau dengan kesaksian satu orang yang balig, berakal, muslim, dapat dipercaya dan mampu menjaga amanah yang melihat secara langsung. Apabila hilal ini tidak terlihat atau tidak ada kesaksian dari satu orang karena mendung atau tertutupi awan, maka bulan Sya’ban disempurnakan (digenapkan) menjadi 30 hari.

Selengkapnya…


Tanggal posting: 31-08-08

Cara Menentukan Awal Ramadhan

Berdasarkan petunjuk dari suri tauladan kita -Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-, awal Ramadhan ditentukan dengan melihat hilal secara langsung atau dengan kesaksian satu orang yang balig, berakal, muslim, dapat dipercaya dan mampu menjaga amanah yang melihat secara langsung. Apabila hilal ini tidak terlihat atau tidak ada kesaksian dari satu orang karena mendung atau tertutupi awan, maka bulan Sya’ban disempurnakan (digenapkan) menjadi 30 hari.

Selengkapnya…


Hukum Membacakan Al-Qur’an Kepada Orang Mati Di Dalam Rumahnya
Tanggal posting: 27-08-08

Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Bagaimana hukumnya membacakan Al-Qur’an untuk mayit, caranya : Dengan meletakkan beberapa buah mushaf dalam rumah, lalu datang para tetangga atau kenalan, masing-masing membaca satu juz misanya, kemudian kembali bekerja seperti biasa, tanpa diberi upah sedikitpun. Usai membaca Al-Qur’an, masing-masing berdo’a untuk si mayit, dan menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an tersebut kepadanya. Apakah bacaan dan do’a tersebut akan sampai kepada mayit dan dia diberi pahala karenanya atau tidak? Kami ingin penjelasan, Terima kasih. Perlu diketahui, bahwa kami pernah mendengar sebagian ulama menyatakan keharamannya secara mutlak, sementara sebagian yang lain menyatakan makruh, bahkan sebagian lain memperbolehkan Selengkapnya…


Tanggal posting: 27-08-08

Selengkapnya…


Nasihat Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin Bagi Penuntut Ilmu
Tanggal posting: 26-08-08

Ikhlas Dalam Menuntut Ilmu

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh pernah ditanya: “Bagaimanakah cara agar bisa ikhlas dalam menuntut ilmu?”

Beliau menjawab:

Ikhlas dalam menuntut ilmu itu bisa dicapai dengan beberapa hal:

Pertama, belajar dengan niat melaksanakan perintah Alloh. Karena Alloh telah memerintahkannya, Alloh berfirman (yang artinya),

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

“Maka ketahuilah bahwasanya tiada sesembahan yang hak selain Alloh dan mintalah ampun atas dosa-dosamu.” (QS. Muhammad: 19)

Selengkapnya…


Qana’ah Sifat Mulia yang Harus di Miliki Para Istri
Tanggal posting: 21-08-08

Sikap qana’ah atau menerima apa adanya (nrimo) pada masalah kebendaan (duniawi) dalam kehidupan suami istri sangat dibutuhkan.Terutama bagi seorang istri tanpa adanya sifat qana’ah maka bisa dibayangkan bagaimana susahnya seorang suami.Setiap tiba dirumah maka yang terdengar adalah keluhan-keluhan, belum punya ini belum punya itu, ingin beli perhiasan, pakaian baru, sepatu baru, jilbab baru,perkakas rumah tangga, furniture, dan lain-lainnya. Selengkapnya…


Poligami, Wahyu Ilahi Yang Ditolak
Tanggal posting: 19-08-08

Para pembaca yang semoga dirahmati Allah. Suatu hal yang patut disayangkan pada saat ini. Wahyu yang sudah semestinya hamba tunduk untuk mengikutinya, malah ditolak begitu saja. Padahal wahyu adalah ruh, cahaya, dan penopang kehidupan alam semesta. Apa yang terjadi jika wahyu ilahi ini ditolak ?! Selengkapnya…


Perbedaan Atau Perpecahan ?
Tanggal posting: 15-08-08

Dengan kehendak dan ilmu-Nya, Alloh menciptakan manusia berbeda-beda. Berbeda bahasa, warna kulit, suku bangsa, corak budaya dan sebagainya. Namun Alloh mempersatukan mereka semua di dalam agama-Nya yang satu, ISLAM. Alloh berfirman, “Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Alloh adalah Islam.” (QS. Ali Imron: 19)

Namun dengan kehendak dan hikmah-Nya pula, Alloh telah mentakdirkan umat Islam ini berpecah-belah sebagaimana umat terdahulu (ahlul kitab) telah berpecah-belah. Alloh berfirman, “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Alloh menciptakan mereka.” (QS. Hud: 118-119). Manusia senantiasa berselisih pendapat. Lalu apakah setiap perselisihan pendapat itu dilarang? Apakah setiap perbedaan pendapat akan membawa kepada perpecahan? Ulasan berikut ini, kiranya dapat memberikan sedikit gambaran.

Selengkapnya…


Setetes Parfum yang Kau Usapkan Pada Tubuhmu
Tanggal posting: 14-08-08

Parfum dan wanita merupakan bagian yang tak terpisahkan.Saking pentingnya banyak kaum hawa yang tak percaya diri bila tidak memakai benda ini. Sekejap saja kita keluar rumah dijalan, di pasar, di tempat keramaian maka akan dengan mudah hidung kita mencium bau yang semerbak dari wewangian parfum.Berbagai macam merek parfum dijual dari harga di bawah sepuluh ribu rupiah sampai ratusan ribu bahkan ada yang mencapai jutaan.Yang menjadi masalah bukannya merek atau harganya . Sebenarnya boleh nggak sih seorang wanita muslimah keluar dengan memakai parfum?walaupun hanya setetes saja? Selengkapnya…


Pendaftaran MEDIU Hingga 30 Agustus 2008, kini Dibuka Pula Untuk Muslimah
Tanggal posting: 14-08-08

Kabar gembira bagi ikhwah muslim dan muslimah sekalian, pendaftaran mahasiswa baru MEDIU intake September 2008 masih terbuka hingga 30 Agustus 2008. Masih terbuka kesempatan bagi para penuntut ilmu untuk menjadi bagian dari kampus Al Madinah International University, yang sekarang membuka program S1 dengan waktu studi selama 4 tahun. Selengkapnya…


Pengobatan Menggunakan Habbatus Sawda’, Dengan Madu Dan Dengan Bekam
Tanggal posting: 11-08-08

PENGOBATAN MENGGUNAKAN HABBATUS SAWDA’ (JINTAN HITAM)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya di dalam habbatus sawda’ (jintan hitam) terdapat penyembuh bagi segala macam penyakit kecuali kematian”.

Ibnu Syihab mengatakan : “Kata As-Saam di sini berarti kematian, sedangkan habbatus sawda’ berarti syuniz” [1]

Habbatus sawda’ ini mempunyai manfaat yang sangat banyak. [2]

Jintan hitam sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan izin Allah.
Selengkapnya…


Mengapa Harus Manhaj Salaf ?
Tanggal posting: 10-08-08

Pernahkah terbetik pertanyaan ketika kita membaca, “Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS. Al Fatihah : 6), bagaimana jalan yang lurus itu? Itulah jalan yang telah Allah jelaskan pada ayat berikutnya, “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka …” Begitu pula dalam surat lain, “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiqqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS. An Nisaa’: 69) Selengkapnya…


SIFAT WUDHU NABI (1/3)
Tanggal posting: 09-08-08

Dalam Surat Al-Maidah ayat 6, Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang beriman untuk berwudhu terlebih dahulu sebelum menunaikan shalat. Wudhu adalah membasuh bagian tertentu yang ditetapkan dari anggota badan dengan air dengan niat membersihkan hadast sebagai persiapan menghadap Allah Ta’ala (mendirikan shalat). Untuk mendapatkan shalat yang sah tentu saja terlebih dahulu kita harus menyempurnakan wudhu kita. Lalu, sudahkah kita melakukannya??
Selengkapnya…


Kaidah-Kaidah Penting untuk Memahami Nama dan Sifat Allah (1)
Tanggal posting: 08-08-08

Kaidah-kaidah ini pada awalnya ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, dan beliau menempatkannya di bagian awal kitab Syarah Lum’atul I’tiqaad. Adapun Syaikh Abdur Razzaaq adalah salah seorang pengajar yang menyertai dakwah Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i rahimahullah di Daarul Hadits As Salafiyah Yaman. Beliau menjelaskan kaidah-kaidah ini sebagai pengantar Syarah Lum’atul I’tiqaad dengan merujuk kepada penjelasan Syaikh ‘Utsaimin dalam Al Qawaa’idul Mutsla serta keterangan dari ulama’ lain yang juga sangat bermanfaat seperti Imam Ibnul Qayyim dan Ibnu Hajar -semoga Allah merahmati mereka semua-.

KAIDAH PERTAMA: Sikap yang wajib kita lakukan terhadap nash-nash Al Kitab dan As Sunnah yang berbicara tentang Nama dan Sifat Allah.

Selengkapnya…


Beberapa Kesalahan Manusia Dalam Masjid
Tanggal posting: 07-08-08

Masjid adalah tempat pembinaan umat yang sangat penting. Di tempat yang mulia ini ada adab-adab yang perlu diperhatikan ketika kita berhubungan dengan masjid, namun banyak kaum muslimin yang melalaikan adab-adab tersebut padahal mereka berada di rumah-rumah milik Alloh. Di sini insya Alloh akan sedikit dibahas beberapa kesalahan yang paling sering terjadi.
Selengkapnya…


Memakai jam tangan sunnahnya di tangan kanan
Tanggal posting: 06-08-08

Syaikh Al-Bany ditanya:
Kami melihat sebagian orang memakai jam tangan di tangan kanan, dan mereka berkata bahwa yang demikian itu sunnah, apa dalilnya?

Jawaban:
Kami berpegang teguh dalam masalah ini dengan kaidah umum yang terdapat dalam hadits Aisyah di dalam Ash Shahih, ia berkata:

Rasulullah menyukai menggunakan (mendahulukan) kanan dalam segala sesuatu, yaitu ketika bersisir, bersuci, dan dalam setiap urusan.

Dan kami tambahkan dalam hal ini, hadits lain yang diriwayatkan dalam Ash Shahih, bahwa beliau bersabda: Selengkapnya…


KEUTAMAAN WUDHU
Tanggal posting: 05-08-08

Wudhu mungkin bukan sudah menjadi rutinitas para muslim yang senantiasa menunaikan shalat. Akan tetapi sejauh manakah kita mengetahui mengenai hukum dan keutamaan wudhu sebenarnya??

Wudhu adalah membasuh bagian tertentu yang ditetapkan dari anggota badan dengan air dengan niat membersihkan hadast sebagai persiapan menghadap Allah Ta’ala (mendirikan shalat) [2].

Dalil yang mewajibkan menunaikan wudhu sebelum shalat adalah :
1.Dalam Surat Al-Maidah ayat 6, Allah Ta’ala berfirman : “ Wahai orang-orang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah muka dan tangan kalian sampai ke siku. Kemudian sapulah kepala kalian dan basuhlah kaki kalian sampai pada kedua mata kaki.”
2.Hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :
“Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara kalian apabila kalian berhadast, sehingga dia berwudhu” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi) Selengkapnya…


Derajat Hadits Fadhilah Surat Yasin
Tanggal posting: 04-08-08

Kebanyakan kaum muslimin membiasakan membaca surat Yasin, baik pada malam Jum’at, ketika mengawali atau menutup majlis ta’lim, ketika ada atau setelah kematian dan pada acara-acara lain yang mereka anggap penting. Saking seringnya surat Yasin dijadikan bacaan di berbagai pertemuan dan kesempatan, sehingga mengesankan, Al-Qur’an itu hanyalah berisi surat Yasin saja. Dan kebanyakan orang membacanya memang karena tergiur oleh fadhilah atau keutamaan surat Yasin dari hadits-hadits yang banyak mereka dengar, atau menurut keterangan dari guru mereka.

Selengkapnya…


Inginkah Anda Menjadi Orang yang Ikhlas?
Tanggal posting: 01-08-08

Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah.” Niat yang baik atau keikhlasan merupakan sebuah perkara yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan sering berbolak-baliknya hati kita. Terkadang ia ikhlas, di lain waktu tidak. Padahal, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, ikhlas merupakan suatu hal yang harus ada dalam setiap amal kebaikan kita. Amal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah?. Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya kecuali jika ia bertaubat darinya, Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48) Selengkapnya…


Bila Malu Sudah Tiada
Tanggal posting: 29-07-08

Malu merupakan salah satu sifat terpuji yang bisa mengendalikan orang yang memilikinya dari perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Rasa malu itu hanya mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Imron bin Hushain)

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ قَالَ أَوْ قَالَ الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ

Rasulullah bersabda, “Rasa malu adalah kebaikan seluruhnya atau rasa malu seluruhnya adalah kebaikan.” (HR. Muslim)

Selengkapnya…


Halaman: 1 2 3 4 5 6 738 39

RAMADHAN …..SEBENTAR LAGI

Itulah salah satu bait lagu Bimbo

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, tak terasa kurang dari satu bulan lagi kita akan segera memasuki bulan Ramadhan. Ada yang menyambutnya dengan gembira ada juga sebagian dari kita yang biasa-biasa saja menyambut Ramadhan. Mari kita sambut bulan Ramadhan dengan penuh suka cita dan mari pula kita raih kesuksesan di bulan Ramadhan dengan melakukan persiapan diri. Insya Allah SWT jika kita mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya kita akan mendapatkan hikmah dan berkah dari Ramadhan. Untuk itu kita perlu melakukan persiapan fisik (jasadiyah), mental (aqliyah), dan spiritual (ruhiyah).

Pertama, Jasadiyah, puasa terkait dengan menahan makan dan minum, oleh karena itu tubuh yang sehat dan kuat sangat dibutuhkan pada bulan puasa. Sangat disarankan untuk tidak melakukan kegiatan yang membahayakan fisik kita sebelum ramadhan sehingga tidak terjadi hal-hal yang menyebabkan tubuh kita sakit dan lemah. Pola makan kita di luar bulan puasa akan mempengaruhi fisik kita di awal Ramadhan, bagi yang tidak terbiasa berpuasa biasanya mengalami pusing-pusing. Beruntung bagi yang sudah terbiasa puasa sunnah, hanya tinggal melanjutkan kebiasaannya.

Kedua, Aqliyah, amal tanpa ilmu akan sia-sia. Ilmu yang terkait dengan menjalankan ibadah puasa cukup luas dan literatur bacaan mengenai puasa sudah banyak diterbitkan. Dengan membaca buku-buku terkait dengan masalah puasa, Insya Allah SWT pemahaman kita tentang puasa akan lebih baik dan benar.

Ketiga, Ruhiyah, berapa banyak orang yang puasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga? Itu dikarenakan puasanya tidak memiliki nilai spiritual sehingga ketika dia berpuasa pada hakekatnya hanya menahan lapar dan haus saja, tapi jiwanya tidak ikut berpuasa. Hatinya masih penuh dengki, hasad, hasud, iri, dendam bahkan pikirannya masih kotor. Seperti kita semua ketahui, puasa adalah ibadah istimewa karena memiliki nilai tarbiyah (pembinaan) langsung dari sang Khalik. Secara fisik bisa saja kita terlihat berpuasa tapi secara spiritual (ruhiyah) amat sulit menilainya, ia hanya bisa dirasakan oleh si pelaku puasa dan Allah SWT Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui. Oleh karenanya, kita perlu membersihkan hati kita dari berbagai macam penyakit hati. Perbanyak dzikir dan shalat sunnah, menjaga pandangan, lidah dan pikiran.


Selain yang telah di sebutkan di atas selama bulan Ramadhan kita didik untuk sabar, ikhlas, ibadah, ihsan, dan istiqamah. Sabar adalah memilih nilai agama dan mengesampingkan hawa nafsu. Di saat tidur lelap kita bangun untuk sahur. Masih terasa kantuk segera mengambil air wudlu untuk melaksanakan salat Subuh dilanjutkan dengan ta’lim kuliyah subuh. Mata sayu karena kurang tidur, tubuh letih, tetapi dengan kesabarannya dijalani dengan penuh semangat. Inilah pendidikan sabar. Dalam sebuah hadist, Ibnu Huzaimah ditegaskan. “Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan ganjaran kesabaran adalah surga.” Dan pula Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan salat sebagai penolong kalian.
(Al-Baqaah: 153).

Puasa di bulan Ramadhan hanya dapat dilaksanakan dengan ikhlas. Karena itu, orang melaksanakan puasa tidak karena riya, dalam puasa keutamaan mengharapkan keridhaan-Nya adalah segala-galanya. Selain itu kata ikhlas sendiri memiliki makna yang erat kaitannya dengan Akidah, ialah melaksanakan aktivitas semata-mata mengharapkan keridhaan-Nya. Menggantungkan segala kehidupannya hanya kepada Allah.


Melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan harus dengan penuh semangat, sebab ibadah adalah penghambaan diri kepada Allah SWT. Disamping itu, ibadah adalah panggilan ruhaniah menuju Ilahi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Adz-Dzariyat: 56 yang berbunyi: “Dan tidaklan aku ciptakan jin dan manusia semata-mata untuk menyembah kepada-Ku.”


Ihsan ialah berbuat baik yang diimplementasikan dengan sikap meyakini seluruh akitivitasnya disaksikan oleh Yang Maha Agung. Dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 177 ditandaskan bahwa ihsan itu adalah memberikan harta yang dicintainya kepada karib kerabatnya, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, orang yang minta-minta dan orang yang dimerdekakan. menyedekahkan harta yang dicintainya merupakan wujud ihsan.


Orang yang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan haruslah istiqamah. Selama sebulan penuh mereka menjalankan ibadah tersebut tanpa tergoyahkan, penuh disiplin dan teguh pendirian karena mereka paham akan imbalan yang di berikan Allah SWT kepada orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.


Mudah-mudahan kita diberi kekuatan, kesabaran dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan tahun ini dan seterusnya serta mendapatkan derajat taqwa yang sebenar-benarnya.